Selasa, 06 Desember 2016

Daftar Pustaka

Tidak lupa, kami mencantumkan sumber dari tulisan yang ini

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorakt Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan : Jakarta.

Kemenekes RI. 2013. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran - Tata Laksana Tuberkulosis. Kemeterian Kesehatan republik Indonesia : Jakarta.

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorakt Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan : Jakarta.


Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Media Promosi Poster dan Leaflet TB Paru

Halo guys, ketemu lagi hehe
Terimakasih telah meluangkan waktu membaca tulisan kami, sebagai hadiahnya kami ada poster promosi kesehatan dan leaflet yang bisa kalian gunakan untuk menyebarluaskan informasi ini.
Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan lahir dan batin, bisa menjadi insan yang berguna bagi nusa dan bangsa kelak.

Salam Hangat,
Semoga Sehat Selalu :)

WE ARE PHARMACIST
YOUR PARTNER IN HEALT :)

Gambar 7. Poster Promosi Kesehatan Mengenai Tuberkulosis Paru

Gambar 8. Laeaflet Bagian Dalam Promosi Kesehatan Tuberkulosis Paru


Gambar 9. Leaflet Bagian Luar Promosi Kesehatan Tuberkulosis Paru


Terapi Non Farmakologi dan Pengaturan Diet Makanan TB

9.      Terapi Non Farmakologi Penyakit  TBC
            a.    Mengkonsumsi makanan bergizi
      Salah satu penyabab munculnya penyakit TBC adalah kekurangan gizi seperti mineral dan vitamin. Maka dari itu akan sangat penting bilamana penderita secara rutin mengkonsumsi makanan bergizi, makanan bergizi tersebut seperti buah, sayur dan ikan laut. Akan tetapi hindari buah yang banyak mengandung lemak jahat atau gas seperti buah nangka, buah durian, dondong dan buah nanas.
           b..  Tinggal di lingkungan sehat
    Lingkungan yang sehat akan membantu penderita penyakit TBC untuk segera sembuh, karena penyakit ini disebabkan oleh virus sehingga jika penderita berada di lingkungan yang kotor maka akan menyebabkan virus tersebut semakin berkembang sehingga akan memperburuk keadaan.
                     c.    Berolahraga secara rutin
      Mungkin hampir semua penyakit dapat ditangani dengan melakukan olahraga secara rutin, dan begitu juga untuk penyakit TBC ini. jika penderita bisa olahraga secara rutin misal jogging atau senam, maka akan membantu peredaran darah dan metabolisme dalam tubuh menjadi lancar sehingga virus penyebab TBC tidak akan mampu berkembang atau duplikasi diri menjadi banyak.
            d.   Mengurangi makanan bernatrium dan kafein
     Penyakit TBC akan semakin parah apabila penderita masih secara rutin mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung natrium dan kafein, makanan yang banyak mengandung natrium antara lain seperti junkfood, kerang, saus instan, alkohol dan masih banyak lagi, sedangkan untuk makanan yang banyak mengandung kafein seperti kopi, capuccino, moccaino, rokok dan teh (tidak untuk teh hijau). Dengan menghindari makanan bernatrium ataupun berkafein tinggi maka penyembuhan penyakit TBC dapat berjalan dengan baik.
           e.    Mengurangi dan berhenti Merokok
          TB pada perokok lebih menular daripada penderita TB yang tidak merokok, kebiasaan                         merokok juga merupakan faktor dalam progresivitas tuberkulosis paru dan terjadinya fibrosis.            
10.      Diet Pada TB Paru
        Pengaturan makan ini bertujuan untuk 
  a.  Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan memperbaiki                kerusakan jaringan tubuh.
 b.   Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal. Usahakan berat badan seimbang dengan tinggi badan.

Syarat Diet Yang Dianjurkan Untuk Penderita TBC :
a.       Tinggi Energi
Energi diberikan 40-45 kkal/kgBB. Oleh karena itu penderita TBC perlu makan lebih banyak daripada orang sehat (kurang lebih 1,5 x makan orang sehat). Energi 2.505 kcal.
b.      Tinggi Protein
Protein diberikan 2-2,5 gram/kgBB. Sebaiknya sering mengkonsumsi makanan sumber protein yang berkualitas tinggi seperti putih telur, daging, ayam, ikan dan susu (lauk hewani). Sedangkan tempe, tahu, kacang-kacangan dan hasil olahannya dapat diberikan sebagai tambahan, karena jenis ini kualitas proteinnya tidak sebik pada lauk hewani. Protein 107 gr.
c.       Cukup Lemak (84 gr) dan Karbohidrat ( 317 gr).
d.    Makanlah secara cukup sumber vitamin terutama vitamin C, K dan B Kompleks seperti buah-buahan dan kacang-kacangan.
e.    Makanlah secara cukup sumber mineral terutama zat besi dan kalsium seperti hati, susu, ikan, daging, dsb

Bahan Makanan Yang Diperbolehkan
a.       Semua sumber karbohidrat diperbolehkan seperti nasi, roti, mie, makaroni kentang, dsb.
b.      Semua sumber protein diperbolehkan seperti telur, ayam, daging ikan susu, tempe, tahu, kacang-kacangan, dsb.
c.       Semua jenis sayuran diperbolehkan. 
d.      Semua jenis buah baik buah segar, buah kaleng, buah kering, maupun jus buah diperbolehkan.
e.   Minyak goreng, mentega, margarin, santan encer diperbolehkan, namun penggunaannya perlu dibatasi.
f.   Susu sangat dianjurkan untuk meningkatkan asupan kalsium. Madu, sirup, teh, kopi encer diperbolehkan. 
g.      Bumbu tidak tajam seperti bawang merah, bawang putih, laos, salam, kecap, dsb diperbolehkan. Bumbu yang tajam seperti cabe dan merica sebaiknya dibatasi
h.      Sebaiknya hindari makanan yang dapat merangsang batuk seperti gorengan, minuman dingin (es), makan pedas dan masam.

Pembagian Makanan Sehari

No.
PEMBERIAN
JENIS
MAKANAN
UKURAN RUMAH TANGGA
PAGI
SIANG
MALAM
1.
Nasi
1 ½ gelas
1 ¾ gelas
1 ¾ gelas
2.
Daging
1 potong sedang
1 potong sedang
1 potong sedang
3.
Tempe
1 potong sedang
2 potong sedang
2 potong sedang
4.
Sayuran
1 gelas
1 gelas
1 gelas
5.
Minyak
½ sendok
1 sendok
1 sendok
6.
Susu segar
1 gelas
1 gelas
1 gelas
7.
Roti ayam
1 porsi
-
-
8.
Telur rebus
-
1 butir
-
Catatan    :    Jam 10.00 ( susu segar dan roti ayam)
                     Jam 16.00 (susu segar dan telur rebus)
                     Jam 21.00 ( susu segar)



Pengobatan Penyakit Tuberkulosis

Nah setelah tadi banyak bahas tentang tuberkulosis, sekarang pasti penasaran kan bagaimana pengobatan untuk tuberkulosis tersebut, mari kita simak penjelasan dibawah ini,

8. Tatalaksana Terapi Tuberkulosis
a.      Upada Promotif
            -  Penyuluhan kepada masyarakat tentang tuberculosis (TBC)
           -  Pemebritahuan baik melalui spanduk, iklan, poster, leaflet atau media lain tentang bahaya TBC,          cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko dan lain-lain
            -  Mensosialisasikan tentang vaksin BCG kepada mayarakat
b.      Upaya Preventif
           -  Vaksinasi BCG
           -  Menggunakan obat Isoniazid (INH)
           -  Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
           - Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit untuk memeriksakan diri             sehingga dapat diketahui secara dini dan dapat segera diobati.
c.       Upaya Kuratif
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi.
            Tujuan Pengobatan Tuberculosis
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk :
a)      Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup
b)      Mencegah terjadinya kematian kematian oleh karena TBC atau dampak buruk lainnya
c)      Mencegah terjadinya kekambuhan TBC
d)     Memutuskan, menurunkan dan mencegah terjadinya penularan TBC
e)      Mencegah terjadinya resistensi bakteri terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Mikobakteri merupakan bakteri tahan asam yang sifatnya berbeda dengan bakteri lain karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat. Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap bakteri yang cepat membelah dibandingkan dengan bakteri yang lambat membelah. Sifat lambat membelah yang dimiliki mikobakteri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat dibandingkan antibakteri lain.
            Prinsip Pengobatan TBC
                Obat Anti Tububerkulosis (OAT) adalah komponene yang penting dalam pengobatan TBC.            Pengobatan TBC merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih            lanjut dari bakteri TB. Pengobatan yang adekuat harus memnuhi prinsip :
a)    Pengbatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
b)      Diberikan dalam dosis yang tepat
c)    Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Minum Obat) sampai selesai pengobatan
d)   Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan
               Tahapan Pengobatan TBC
          Pengobatan TBC harus meliputi pengobatan tahap awal (Intensif) dan tahap lanjutan dengan              maksud :
a)   Tahap Awal (Intensif) : pengobatan diberikan setiap hari untuk secara efektif menurunkan jumlah bakteri yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil bakteri yang  mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal diberikan selama 2-3 bulan.
b)     Tahap Lanjutan : pengobatan ini merupakan tahap yang penting untuk membunuh sisa-sisa bakteri yang masih ada dalam tubuh pasien, khususnya bakteri persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. Pengobatan tahap lanjutan diberikan 3 kali seminggu selama 4-7 bulan.
                 Obat Anti Tuberkulosis (AOT)
Tabel 1. Pengelompokan OAT
Golongan dan Jenis
Obat
Golongan 1 Obat Lini Pertama
§  Isoniazid (H)
§  Ethambutol (E)
§  Pyrazinamide (Z)
§  Ripampicin (R)
§  Streptomycin (S)
Golongan 2 (obat Suntik) Suntikan Lini Kedua
§  Kanamycin (Km)
§  Mamikacin(Am)
§  Capreomycin (Cm)
Golonga 3 (Golongan Floroquinolon)
§  Ofloxacin (Ofc)
§  Levofloxacin (Lfx)
§  Moxifloxacin (Mfx)
Golongan 4 (Obat Bakteriostatik) Lini Kedua
§  Ethionamide(Eto)
§  Prothionamide(Pto)
§  Cycloserine (Cs)
§  Para amino salisilat (PAS)
§  Terizidone (Trd)
Golongan-5 / Obat yang belum terbukti efikasinya dan tidak direkomendasikan oleh WHO
§  Clofazimine (Cfz)
§  Linezolid(Lzd)
§  Amoxilin-Clavulanate (AmxClv)
§  Thioacetazone(Thz)
§  Clarithromycin(Clr)
§  Imipenem(Ipm)
(PNPT, 2011; PNPK, 2013; PNPT, 2014)
Tabel 2. Dosis Rekomendasi OAT Lini Pertama Untuk Dewasa


OAT
Dosis Rekomendasi
Harian
3 Kali Per Minggu
Dosis
(mg/kgBB)
Maksimum (mg)
Dosis
(mg/kgBB)
Maksimum (mg)
Isoniazid
5 (4-6)
300
10 (8-12)
900
Rifampisin
10 (8-12)
600
10 (8-12)
600
Pirazinamid
25 (20-30)
-
35 (30-40)
-
Etambutol
15 (15-20)
-
30 (25-35)
-
Streptomisin*
15 (12-18)
-
15 (12-18)
1.000
* Pasien berusia di atas 60 tahun tidak dapat mentoleransi lebih dari 500-700 mg per hari, beberapa pedoman merekomendasikan dosis 10 mg/kg BB pada pasien kelompok usia ini. Pasien dengan berat badan di bawah 50 kg tidak dapat mentoleransi dosis lebih dari 500-750 mg per hari.
(PNPK, 2013; PNPT, 2014)
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia :
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
Kategori Anak : 2 HRZ/4HR

Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping pada pengobatan dengan OAT KDT sebelumnya.
Paduan OAT Kategori Anak disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap  (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB, yaitu :
1)  Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat  dan mengurangi efek samping.
2)   Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi  obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3)      Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi  sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
Tabel 3. Paduan OAT
Kategori
Rumus
Indikasi
Tahap Intensif
Tahap Lanjutan
1
2HRZE/
4H3R3
·         Penderita baru TB paru BTA positif.
·         Penderita TB paru BTA negatif foto toraks positif
·         Pasien TB Paru terkontaminasi bakteriologis
·         Pasien TB Paru terdiagnosis Klinis
·         Penderita TB ekstra paru
Selama 2 bulan, frekuensi 1 kali sehari menelan obat, jumlah 60 kali menelan obat
Selama 4 bulan, frekuensi 3 kali seminggu, jumlah 54 kali menelan obat.

2
2HRZES/
HRZE/
5H3R3E3
·         Penderita kambuh (relaps)
·         Penderita gagal dengan pengobatan kategori 1
·         Penderita yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
Selama 2 bulan pertama frekuensi 1 kali sehari, jumlah 60 kali menelan obat.
Satu bulan berikutnya selama 1 bulan, 1 kali sehari, jumlah 30  kali menelan obat. 
Selama 5 bulan, 3 kali seminggu, jumlah total 66 kali menelan obat.

Anak
2RHZ/
4RH
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam waktu 6 bulan.
Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak
Selama 2 bulan setiap hari
Selama 4 bulan setiap hari
(PNPT, 2011; PNPK, 2013; PNPT, 2014)

Paduan OAT Sisipan (HRZE), Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

Tabel 4. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

Berat Badan
Tahap Intensif
Tiap hari selama 65 hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150/150)
30-37 kg
2 tablet 4KDT
2 tablet 2KDT
38-54 kg
3 tablet 4KDT
3 tablet 2KDT
55-70 kg
4 tablet 4KDT
4 tablet 2KDT
≥ 71 kg
5 tablet 4KDT
5 tablet 2KDT
(PNPT, 2014)

Tabel 5. Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

Tahap Pengobatan

Lama Pengobatan
Dosis per hari/kali
Jlh hari/ kali menelan obat
Isonoasid @ 300 mg
Rifampisin @ 450 mg
Pirazinamid @ 500 mg
Etambutol @ 250 mg
Intensif
2 bulan
1
1
3
3
56
Lanjutan
4 bulan
2
1
-
-
48
(PNPT, 2014)

Tabel 6. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S/HRZE/5(HR)3E3

Berat Badan
Tahap Intensif
Tiap hari
RHZE (150/75/400/275) + S
Tahap lanjutan
3 kali seminggu
RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari
Selama 28 hari
Selama 20 minggu
30-37 kg
2 tablet 4KDT +
500 mg Streptomisin Inj.
2 tablet 4KDT
2 tablet 2KDT
+ 2 tablet Etambutol
38-54 kg
3 tablet 4KDT +
750 mg Streptomisin Inj.
3 tablet 4KDT
3 tablet 2KDT
+ 3 tablet Etambutol
55-70 kg
4 tablet 4KDT +
1.000 mg Streptomisin Inj.
4 tablet 4KDT
4 tablet 2KDT
+ 4 tablet Etambutol
≥ 71 kg
5 tablet 4KDT +
1.000 mg Streptomisin Inj.
5 tablet 4KDT
(>do Maks)
5 tablet 2KDT
+ 5 tablet Etambutol
(PNPT, 2014)

Tabel 7. Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 2 : 2(HRZE)S/HRZE/5(HR)3E3

Tahap Pengobatan

Lama Pengobatan
Tablet
Isonoasid @ 300 mg
Tablet
Rifampisin @ 450 mg
Tablet
Pirazinamid @ 500 mg
Tablet
Etambutol

Streptomisin Inj.
Jlh hari/ kali menelan obat
@
250 mg
@
400 mg
Intensif
(dosis harian)
2 bulan
1 bulan
1
1
1
1
3
3
3
3
-
-
0,75 gr
-
56
28
Lanjutan (dosis 3 x seminggu)

5 bulan

2

1

-

1

2

-

60

(PNPT, 2014)